Laman

Kamis, 03 Juni 2010

PuLau SamALoNa


Samalona.....


Dari memancing, berjemur sampai snorkling, atau membaca buku sambil menikmati keindahan pemandangan sekitar
DAENG Jalling menyapa ramah di dermaga kayu, pintu masuk pulau Samalona. Lelaki 65 tahun ini menawarkan kepada tamu tempat menginap, ikan bakar, atau perlengkapan snorkling. Tamu merupakan berkah bagi warga Samalona. Sejauh pengunjung melangkah, warga langsung menawarkan jasa.

Menginjakkan kaki di pulau, pengunjung disambut hamparan pasir putih dengan pepohonan yang menutup pandangan sisi lain pantai. Jumat, 28 Mei 2010 lalu pengunjung tak begitu ramai. Ini tak mengurangi keindahan pantai pasir putih dan pemandangan sekitar pulau serta riak air yang menepi.


Berada di pulau ini, aktivitas bisa dilakukan sembari menanti dan menonton keindahan matahari terbit atau tenggelam. Saat berada di tengah pulau, sisi tepi pantai begitu jelas terlihat. Tak rugi bermalam di pulau ini. Biaya penginapan bervariasi, tergantung vasilitas dan kapasitasnya, dari Rp 250 ribu per malam sampai Rp 1 juta per malam.
Menikmati hawa segar sembari membaca buku terasa nyaman dengan menggelar tikar di tengah pulau dibawah pohon-pohon tua pelindung sengatan langsung terik matahari, di pantai, atau di penginapan.

Ketika perut mulai keroncongan, warga siap menyediakan menu ikan bakar. Biasanya Ikan bakar ditawarkan dalam satu paket dengan nasi dan sayur plus lalapan. Harganya Rp 150 ribu untuk lima sampai enam orang. Jika ingin menambah kegiatan, bawa ikan dari Makassar dan bakar di sana ramai-ramai. Maklum kalau harus membawa ikan sendiri, penduduk Samalona kurang aktif mencari ikan. Mereka mengambil ikan biasanya dari nelayan atau pasar di Makassar.

Era tahun 1970 hingga pertengahan 1980, saat Samalona belum menjadi kawasan wisata, mata pencaharian warga adalah nelayan. Tapi mereka kalah bersaing dengan nelayan dari pulau lain. Satu persatu nelayan beralih profesi melayani kebutuhan pengunjung.

Ketika hawa panas mulai terasa, pantai hanya berjarak sekitar 15 meter dari tengah pulau. Alternatifnya, berenang, menyewa perahu untuk memancing ke tengah laut atau menikmati pemandangan bawah laut alias senorkling. Peralatan snorkling bisa disewa Rp 25 ribu per hari atau membawa sendiri.


Untuk dikatakan sebagai kawasan wisata profesional, Samalona memang masih jauh. Samalona akan lebih menarik jika lebih ditata. Dengan begitu, warga tak perlu lagi secara bergantian menawarkan jasa kepada pengunjung yang ingin menikmati suasana bahari dan keindahan Samalona.


Sempit Tapi Bisa Eksotis

SAMALONA memiliki luas kurang lebih 2,34 hektar. Pulau di Selat Makassar berada di sebelah barat daya pantai barat Sulawesi Selatan, atau sekitar dua kilometer sebelah barat kecamatan Wajo. Secara administratif Samalona masuk wilayah administrasi Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Dari benteng tua Fort Rotterdam pulau sudah tampak terlihat. Perlu sekitar 30 menit perjalanan menggunakan perahu kayu bermesin tempel mencapainya. Kemegahan gedung di Kota Angin Mamiri tampak jelas dari pulau ini. Begitupula pulau-pulau kecil disekitarnya. Sehingga dari pulau ini, pelancong bisa melanjutkan perjalanan wisatanya ke pulau terdekat lain.

Sayang warga Samalona tak menyediakan fasilitas jetski. Penyewaan alat kurang dikelola secara profesional. Bangunan penduduk kurang tertata. Penempatan berbagai kebutuhan warga yang sembarangan jelas mengurangi keindahan dalam pulau. Padahal potensi wisata eksotis bisa didapat jika pengelolaannya lebih baik lagi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar